Contoh Bullying di Kampus: Perilaku Merugikan yang Harus Dihentikan
Bullying atau intimidasi adalah tindakan agresif yang dilakukan secara terus-menerus oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain. Bullying tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi juga di berbagai institusi, termasuk di kampus. Perilaku bullying di kampus dapat merugikan korban secara fisik, mental, dan emosional. Oleh karena itu, tindakan bullying harus segera dihentikan.
Salah satu contoh bullying di kampus adalah penindasan verbal. Penindasan verbal dapat berupa ejekan, sindiran, atau ancaman yang disampaikan secara langsung atau melalui media sosial. Penindasan verbal dapat membuat korban merasa rendah diri, tidak berdaya, dan merasa terisolasi. Penindasan verbal juga dapat memicu depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya.
Selain penindasan verbal, bullying di kampus juga dapat berupa penindasan fisik. Penindasan fisik dapat berupa pemukulan, tendangan, atau tindakan kekerasan lainnya. Tindakan bullying fisik dapat menyebabkan korban mengalami luka fisik, trauma, dan bahkan cacat permanen. Selain itu, tindakan bullying fisik juga dapat mengganggu proses belajar mengajar di kampus.
Bullying di kampus juga dapat berupa penindasan sosial. Penindasan sosial dapat berupa isolasi, pengucilan, atau penolakan terhadap korban oleh sekelompok orang. Penindasan sosial dapat membuat korban merasa tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya dan merasa kesepian. Penindasan sosial juga dapat mengganggu hubungan sosial korban dengan teman-teman dan dosen di kampus.
Untuk mencegah dan mengatasi bullying di kampus, diperlukan kerjasama antara mahasiswa, dosen, dan pihak kampus. Mahasiswa harus lebih peduli dan peka terhadap perilaku bullying di sekitar mereka. Dosen harus memberikan pendampingan dan perlindungan kepada mahasiswa yang menjadi korban bullying. Pihak kampus juga harus memberikan sanksi tegas kepada pelaku bullying untuk mencegah terulangnya tindakan tersebut.
Dengan menghentikan perilaku bullying di kampus, kita dapat menciptakan lingkungan kampus yang aman, nyaman, dan kondusif bagi seluruh civitas academica. Mari bersama-sama melawan bullying di kampus dan menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan damai.
Referensi:
1. Dilmac, B. (2009). Psychological needs as a mediator of the relationship between social support and psychological distress among victims of bullying. Journal of School Psychology, 47(5), 371-394.
2. Olweus, D. (1993). Bullying at school: What we know and what we can do. Oxford, UK: Blackwell.
3. Salmivalli, C., Lagerspetz, K., Bjorkqvist, K., Osterman, K., & Kaukiainen, A. (1996). Bullying as a group process: Participant roles and their relations to social status within the group. Aggressive Behavior, 22(1), 1-15.